Fasilitas umum yang ada di beberapa destinasi wisata di Kabupaten Belitung Timur (Beltim) saat ini rata-rata sudah lengkap.
Fasilitas yang tersedia diantaranya, toilet umum.
Kebetulan fasilitas ini yang paling sering ditanyakan oleh wisatawan yang berkunjung.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur (Disbudpar Beltim), Evi Nardi mengemukakan besaran anggaran guna pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata Beltim tahun
Anggaran ini bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) fisik yang diperuntukkan satu lokasi prioritas sesuai petunjuk Bapenas yaitu di Desa Wisata Bukulimau.
Evi Nardi menjelaskan sesuai arahan Kemenparekraf RI dalam rangka pelaksanaan anugrah desa wisata Indonesia setiap tahun, disebutkan bahwa Belitung Timur saat ini sudah memiliki 18 desa wisata.
Desa-desa wisata itu adalah Desa Baru, Desa Mekar Jaya, Desa Lalang, Desa Kelubi, Desa Burungmandi, Desa Sukamandi, Desa Mayang, Desa Buding, Desa Senyubuk, Desa Lenggang, Desa Limbongan, Desa Simpangpesak, Desa Dukong, Desa Tanjungkelumpang, Desa Balok, Desa Pulau Buku Limau dan Desa Selingsing.
Destinasi yang disajikan oleh desa-desa ini beranekaragam.
Diantaranya ada wisata alam biasa, wisata alam buatan dan wisata sejarah pertambangan timah, serta kampung reklamasi.
Akses jalan menuju ke destinasi-destinasi wisata yang ada di desa dinilai oleh Disbudpar Beltim sudah cukup baik untuk dilalui oleh wisatawan yang mau berkumpul.
“Aksesibilitas jalan di Burungmandi sudah bagus. Ke Pantai Kualatambak mungkin di tahun 2024 ini akan ditingkatkan jalan pengaspalan kembali karena banyak lubang,” kata Evi Nardi, Senin (13/2/2023).
Observasi Terumbu Karang di Pulau Buku Limau
Sementara itu, Pengurus Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Belitung Timur (Beltim) bersama Ketua POSSI Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Agus Muhammad Fahmi Fauzi dan Basarnas Beltim melakukan penyelaman di Pulau Buku Limau dan Pulau Siadong dalam rangka pemetaan Site Diving, Kamis (9/2/2023).
Mengingat perairan Beltim memiliki potensi pariwisata dan olahraga selam maka kegiatan tersebut juga bertujuan melakukan observasi terhadap kondisi terumbu karang sebagai fish shelter alami.
Selanjutnya nanti akan digunakan sebagai kegiatan wisata diving baik itu try scuba diving atau fun dive dan juga kejuaraan olahraga bawah air.
Ketua POSSI Babel Agus Muhammad Fahmi Fauzi mengatakan penyelaman gabungan juga dilakukan dalam rangka melihat potensi perairan Beltim untuk olahraga air.
Kebetulan olahraga air ini menjadi naungan cabornya seperti lomba selam finswiming dan orientasi bawah air (OBA).
“Dalam penyelaman kali ini kami banyak sekali menemukan karang-karang yang indah di Pulau Buku Limau dan Pulau Siadong Belitung Timur, namun kami juga menemukan hamparan karang mati yang kami duga akibat dari penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan,” kata Agus, Jumat (10/2/2023).
Agus berharap rencana pelaksanaan kejuaraan olahraga air dapat didukung oleh pemerintah daerah dan seluruh stakeholder di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Mengingat luas wilayahnya yang 70 persen merupakan perairan.
“Oleh karena itu sangat disayangkan apabila kita tidak dapat memanfaatkan dan memaksimalkan potensi perairan dan bawah laut di Provinsi Bangka Belitung yang kita cintai ini,” katanya.
Buku Limau Sentra Ikan Asin
Pulau Buku Limau merupakan sebuah pulau yang ada di Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Pulau ini berjarak sekitar 43,8 kilometer (Km) dari Pelabuhan ASDP Manggar.
Ingin menuju pulau ini, harus menggunakan transportasi laut.
Terdapat ratusan orang tinggal dan hidup di Pulau Buku Limau yang memiliki daratan sekitar 54 hektar tersebut.
Pulau ini 100 persen dihuni suku bugis. Perputaran ekonomi pulau ini, sebagian besar nelayan.
Nelayan-nelayan di pulau ini bukan seperti nelayan pada umumnya, secara langsung menjual hasil tangkapan.
Tetapi hasil tangkapan ikan nelayan di pulau ini, rata-rata diproduksi menjadi ikan asin.
Pulau ini, sekarang telah mendapat julukan, sentral industri kecil dan menengah (IKM) pembuatan ikan asin.
Itu dibuktikan dengan adanya plang neon box yang terpasang di dekat dermaga Desa Pulau Buku Limau.
Wajar saja Pulau Buku Limau mendapat gelar seperti itu, lantaran produksi ikan asin di Desa Pulau Buku Limau ini, sudah turun temurun alias sudah ada dari puluhan tahun belakang.
Satu diantara warga yang memproduksi ikan asin ini Sumarni (31).
Ibu dua anak tersebut telah memiliki usaha itu sejak 10 tahun belakang.
Produksi ikan asin yang dihasilkan olehnya setiap bulan bervariasi, tergantung cuaca dan bulan. Biasa dua ton, empat ton hingga tujuh ton.
“Kalau bulan-bulan sekarang (musim barat) ini dua sampai tiga ton sebulan, tapi kalau bulan bagus bisa sampai tujuh ton perbulan,” kata Sumarni kepada Posbelitung.co, Minggu (11/12/2022).
Ikan asin yang diproduksi, ikan Japuh alias ikan laisi. Warga biasa mengelola ikan asin tersebut di rumah pribadi mereka.
Lokasi penjemuran ikan, berada di pekarangan rumah.
Harga jual dari ikan asin ini, mencapai Rp 20.000,- per kilogram (km).
Rata-rata ada pengepul yang mengambil produksi hasil ikan asin tersebut.
“Itu biasa untuk dikirim ke luar daerah, ke Jakarta. Setiap bulan rutin di beli, biasa kalau ngirim gabung dengan yang lain (warga lain), bisa ratusan ton kalau musim bagus,” ujarnya.
Secara keseluruhan ada 30 kepala keluarga (KK) lebih terdata di Desa Pulau Buku Limau memproduksi ikan asin.
Usaha itu diakui olehnya telah menjadi penopang ekonomi secara turun menurun.
“Jadi usaha ini sudah mulai dari orang tua mereka, sampai sekarang ke anak-anak mereka. Hasilnya tetap di ambil pengepul,” kalau Sekretaris Desa Pulau Buku Limau Muhammad Agung.
Hasil produksi ikan itu, setelah diambil pengepul, selanjutnya akan dikirim ke luar daerah.
“Itu ada yang dikirim ke Jakarta, ada yang ke Kalimantan. Hasil produksi nya tergantung musim, kalau musim seperti sekarang (musim barat), produksi nya agak kurang,” pungkasnya.’
sumber: posbelitung.co