Indonesia Rintis Transportasi Wisata Sea Plane, Begini Konsepnya

Kondisi geografis Indonesia yang didominasi kepulauan dinilai membutuhkan terobosan besar dalam pengembangan moda yang dapat mendukung transportasi untuk sektor pariwisata.

“Dengan Indonesia sebagai negara kepulauan itu, kalau setiap pulau harus dibangun bandara tentu biayanya akan sangat besar,” ujar Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan Sugihardjo di Yogyakarta, Kamis, 5 November 2020.

Karena itu, kata Sugihardjo, saat ini pemerintah tengah mempersiapkan satu konsep pendukung transportasi wisata yang disebut sea plane.

Dengan model transportasi ini, kelak para turis bisa menggunakan jenis moda pesawat yang dapat mengapung di atas laut untuk langsung menjangkau pulau-pulau terpencil yang selama ini belum memiliki bandara untuk pendaratan pesawat komersil. “Jadi dengan sea plane ini wisatawan memang langsung dibawa ke obyek pulau yang dituju,” ujar Sugihardjo.

Menurut dia, konsep wisata dengan sea plane ini mengarah pada quality tourism atau wisata high-end dengan pasar utama turis mancanegara.

Mengadopsi konsep 3A wisata, yakni atraksi, aksesibilitas dan amenitas, sea plane masuk sebagai bagian aksesibilitas. Selain turis bisa menggunakan sea plane itu sebagai moda transportasi privat, bisa langsung menikmati atraksi yang ditawarkan. “Misalnya mau diving, ya bisa langsung dari sea plane itu,” kata Sugihardjo.

Konsep transportasi sea plane ini, menurut Sugihardjo, fokusnya lebih untuk pengembangan pariwisata. Pemerintah akan menetapkan wilayah-wilayah yang akan menjadi bandara perairan di masa depan, sehingga ketika jenis wisata dengan sea plane ini kelak mulai berjalan, armada-armada yang ada tidak bisa berhenti di sembarang titik melainkan harus di bandara perairan yang ditetapkan itu.

Titik-titik yang bisa dipakai untuk pemberhentian sea plane itu pun sudah mulai dikaji dan diobservasi kondisinya. Seperti dari kecepatan angin dan ketinggian gelombangnya melalui beberapa kali periode.

Sugihardjo menuturkan, sejak 2019 bagian Penelitian dan Pengambangan (Litbang) Dirjen Perhubungan Udara telah melakukan observasi di lima sampai sepuluh lokasi calon bandara perairan untuk bisa didarati sea plane ini.

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) atau pilot-pilot khusus yang akan mengoperasikan sea plane ini, rencananya mulai 2021 pendidikannya akan dipusatkan di Akademi Penerbang Banyuwangi disingkat API Banyuwangi Jawa Timur.

API Banyuwangi menjadi pusat pelatihan karena perairannya dinilai relatif tidak memiliki gelombang tinggi dan arusnya tenang, baik yang di pantai maupun waduk. “Jadi pilot-pilot yang selama ini punya kemampuan umum, bisa dilatih untuk memiliki spesialisasi pada sea plane ini,” kata Sugihardjo.

Saat ini, pihaknya telah mempersiapkan kurikulum khusus untuk SDM yang akan mengoperasikan sea plane itu, termasuk pesawatnya dan instrukturnya. “Karena untuk armada sea plane itu, harus ada persetujuan dengan pabrikan dulu baru kemudian ada persetujuan dari Dirjen Perhubungan Udara,” ujarnya.

Kepala Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Heri Sudarmaji mengatakan pemerintah telah mengalokasikan anggaran di tahun 2021, untuk salah satunya memasang floating kit yang didatangkan dari pabrikan Amerika Serikat. Floating kit adalah semacam alat yang membuat pesawat dapat mengambang di perairan. “Mulai 2021 floating kit itu sudah dipasang di AP Banyuwangi dan bisa untuk memulai persiapan SDM yang mengoperasikan sea plane itu,” ujarnya.

sumber: tempo.co

adm.ido
Author: adm.ido

Leave a Comment